Minggu, 06 November 2011

Aku Dan Bumi Saat Bulan Terbelah

Ku kan lebih kuat saat senja tiba. Tanpa mentari yang kan buatku lemah. Namun dingin itu tak terobati. Tetap merasuk dalam kalbu. Merajalela dalam hati dan membuat kuatku seakan hilang. Bumiku sayang telah tua. Bumiku sayang malang. Renta. Hanya seorang diri tanpa siapapun. Bumiku sayang berusaha kuat. Berusaha tegar hadapi semua. Dan kini Bulan telah murka pada Bumi. Kekuatan Bumi direngkuh. Kekuatan Bulan penuh. Mungkin Tuhan murka. Pada Bumiku yang tak bisa berbuat apa apa. Dunia kan binasa. Bumiku sayang kan hilang. Bulanpun kan terbelah. Menjadi keping hati yang kan hancur. Ia kan tinggalkan Bumiku sayang. Jauh. Bumiku sayang, masih ada Tuhan. Ia yang kan kembalikan semuanya. Semua senyum dan riangmu yang telah hilang. Ia kan menggantinya. Dengan sesuatu yang baru. Yang jauh lebih indah dari yang lalu. Bumiku sayang, tenang. Tak perlu khawatir. Asa takkan hilang. Takkan pernah. Hanya melayang di awang. Terawanglah sayang, terawanglah jauh menembus awan. Dan kau kan temukan disana. Sejuta asamu menggapai langit. Terbang melayang menuju masa depan. Jangan cemas sayang. Jangan pernah. Ada Tuhan yang kan temani harimu. Tanpa melihat betapa renta dirimu. Rasamu tak terukur, sayang. Tuhan yang kan jaga dirimu. Yakinlah suatu saat Bulan kan menyesalinya. Dan saat ia telah menyesal, semua takkan kembali. Karena perpecahan dalam Bulan hanya kan menyisakan puing hati yang telah ditinggal mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar