Sabtu, 19 November 2011

Hujan Aku

Hujan di sore itu teduhi jiwa. Berpayung awan. Berperisai pelangi.
Hujan itu menungguku. Menunggu untuk berjibaku bersamanya. Hilangkan peluh yang tersisa dalam diri.
Hujan itu ada. Ada dalam sepi. Ada dalam hati. Tak semua orang dapat mengerti. Hanya orang yang mau tenggelamlah yang mengerti. Tenggelam bersama dalam dinginnya balutan angin yang kan menerpa.
Hujan itu aku. Temani diri dalam rasa kelu. Menghapus semua rasa pilu.
Hujan itu aku. Menembus langit di balik awan. Membuka cakrawala dalam mata.
Hujanku takkan buat keluh. Takkan buat kelu. Lalu mengapa ada rasa kelu pada hujanku?
Hujanku tiada lawan. Hanya bertahan mencari kawan.
Kan ku ingat suasana sore ini. Sebagai lukisan diri alami.
Kan ku ingat langit sore ini. Sebagai potret diri abadi.
Hujan aku teduhi hati. Naungi jiwa.
Hujan aku hapus semua pilu. Semua kelu dalam diri.
Hujan aku basahi hati. Goyahkan ambisi. Menutup ego.
Hujan aku lembut. Terlalu lembut. Hanya balutan angin yang kan buatnya tajam.
Hujan aku hapus semua peluh. Peluh yang ada dalam masa lalu.
Hujan aku bersinar. Bersinar dengan warna yang begitu terang.
Dapatkah kau lihat? Hujan buatkan perisai untukmu, sayang. Andai kau bisa mengerti.
Hujan itu aku. Bagian dari diriku. Diriku yang lain. Diriku yang deras.
Hujan aku tak kelabu. Takkan pekat.
Hujan aku baunya membiru. Lebur dengan rasa ingin tahu.
Hujan aku rintihan yang sangat dalam. Teriakan alam yang pekakkan telinga.
Dan kini, Hujanku meradu. Dalam kasih yang syahdu.

Minggu, 06 November 2011

Aku Dan Bumi Saat Bulan Terbelah

Ku kan lebih kuat saat senja tiba. Tanpa mentari yang kan buatku lemah. Namun dingin itu tak terobati. Tetap merasuk dalam kalbu. Merajalela dalam hati dan membuat kuatku seakan hilang. Bumiku sayang telah tua. Bumiku sayang malang. Renta. Hanya seorang diri tanpa siapapun. Bumiku sayang berusaha kuat. Berusaha tegar hadapi semua. Dan kini Bulan telah murka pada Bumi. Kekuatan Bumi direngkuh. Kekuatan Bulan penuh. Mungkin Tuhan murka. Pada Bumiku yang tak bisa berbuat apa apa. Dunia kan binasa. Bumiku sayang kan hilang. Bulanpun kan terbelah. Menjadi keping hati yang kan hancur. Ia kan tinggalkan Bumiku sayang. Jauh. Bumiku sayang, masih ada Tuhan. Ia yang kan kembalikan semuanya. Semua senyum dan riangmu yang telah hilang. Ia kan menggantinya. Dengan sesuatu yang baru. Yang jauh lebih indah dari yang lalu. Bumiku sayang, tenang. Tak perlu khawatir. Asa takkan hilang. Takkan pernah. Hanya melayang di awang. Terawanglah sayang, terawanglah jauh menembus awan. Dan kau kan temukan disana. Sejuta asamu menggapai langit. Terbang melayang menuju masa depan. Jangan cemas sayang. Jangan pernah. Ada Tuhan yang kan temani harimu. Tanpa melihat betapa renta dirimu. Rasamu tak terukur, sayang. Tuhan yang kan jaga dirimu. Yakinlah suatu saat Bulan kan menyesalinya. Dan saat ia telah menyesal, semua takkan kembali. Karena perpecahan dalam Bulan hanya kan menyisakan puing hati yang telah ditinggal mati.